[DOWNLOAD] Moga Bunda Disayang Allah - Tere Liye pdf: Kisah Nyata yang Haru!

Bonjour Babys!

Bagi para pecinta buku novel Indonesia, mungkin sudah gak asing lagi dong sama nama Tere Liye? Yang beberapa karyanya bahkan dijadikan film dan banyak menjadi perbincangan.

Kali ini aku membawa sedikit review tentang buku Tere Liye yang pertama kali aku baca waktu masih Sekolah Menengah Pertama nih, yaitu buku Moga Bunda Disayang Allah.

Sebagai anak SMP yang gak pernah baca buku (cukup tebal) sebelumnya, mungkin judul seperti itu menggambarkan buku yang menceritakan kisah anak dan ibu, juga diselipin pelajaran agama tipis-tipis. Tapi ternyata, buku Moga Bunda Disayang Allah ini lebih dari itu.

Buku ini terinspirasi dari kisah nyata Helen Keller, seorang anak yang mempunyai kekurangan—tidak bisa melihat dan tidak bisa melihat, yang juga membuatnya tidak bisa bicara karena belum pernah mengerti kosa kata sama sekali sebelumnya bahkan tidak tahu bahwa benda-benda disekitarnya ternyata mempunyai nama.

Baca juga ya Babys Demian by Hermann Hesse.pdf

Novel ini menceritakan dua konflik berbeda. Yang pertama, perihal perjuangan Karang, seorang pemuda yang memiliki trauma sendiri akibat bencana yang menimpanya dan anak-anak yang diajarnya di sebuah taman bacaan yang didirikannya.

Yang kedua, yakni Melati, anak enam tahun yang tak berdaya karena tak bisa melihat, mendengar, dan berbicara. Membuatnya tak pernah tahu bagaimana cara makan dengan benar, cara duduk dengan tenang, dan cara memperlakukan orang disekitarnya.

Orang tua Melati pun juga kesulitan karena tak pernah tahu apa yang sebenarnya diinginkan anaknya dan bagaimana cara memberi tahu anaknya perihal perilaku baik dan buruk.

Hingga akhirnya, Bunda Melati berhasil membujuk Karang untuk mengajari Melati, karena pemuda itu memang terkenal menyukai anak-anak sampai-sampai mendirikan taman bacaan dan mengajari anak-anak tersebut seperti anaknya sendiri.

Namun, ternyata perjalanan Karang masih begitu panjang, karena bagaimana lagi? Sekeras apapun ia bicara pada Melati, sekeras apapun ia menuntun Melati untuk sekedar memegang sendok dengan benar, Melati tetap tak mengerti maksudnya.

Tapi, sama halnya dengan karang, dia tetap begitu keras dan gigih untuk membuat Melati mengerti sampai ia pun menemukan satu-satunya cara untuk menyampaikan maksudnya pada si kecil Melati.